Posts

Recent post

39

Pagi yang kelabu seingatku. Saat aku random saja membaca postingan seseorang. Seseorang yang saya kagumi sebagai perempuan tangguh, pengusaha sukses yang ga cuma bakat berbisnis, tapi tulisannya juga menyenangkan untuk diikuti. Saya pernah sangat iri, pada kehidupan yang Gusti Allah anugerahkan padanya. Bagaimana bisa bisnis lancar, keluarga rukun, suami penyabar, anak-anak mandiri, karyawan loyal, dan segala kebaikan hidup yang diidam-idamkan orang tertumpah padanya. What a blessed life..  Tapi kita hidup pada jaman dimana hidup settingan merajalela, gimmick-gimmick artis atau orang yang sok artis mau tidak mau kita konsumsi tiap hari. Jadi sempat timbul pikiran bahwa bisa jadi ini settingan dia. Bisa jadi yang diceritakannya hanyalah kehaluan yang tak pernah dia jalani. Atau hidup memang sebercanda itu. Memberi 1000 kemalangan pada 1 orang, pun sebaliknya. Yang sedih akan terpuruk hingga tak sanggup bangkit. Yang senang terus tertawa hingga tak tahu caranya berhenti. Iri sekali saya

Wailaa robbika farghob

Image
Kematian itu adalah guru terbaik, begitu yang aku dengar hari itu di acara pemakaman seorang saudara. Bertahun setelahnya baru rasanya bisa aku pahami. Setelah mengalami orang-orang terdekat meninggal lebih dulu, dengan segala kisahnya.  Belakangan juga makin intens melayat orang meninggal, dimana dulu acuh sekali untuk itu. Menjadi makin yakin bahwa hidup, seburuk apapun yang kamu pikirkan, adalah anugerah terbaik dari Gusti Allah untuk menunjukkan betapa usahamu sebagai hamba diuji dengan kepasrahan setinggi-tingginya. Bahwa menjalani hidup adalah ikhtiar paling maksimal yang bisa kita lakukan.  Bahwa status hamba adalah orang yang menjalani tugas, tanggung jawab, bahkan haknya, dengan kesadaran penuh untuk berpasrah pada tuannya. Tanpa kuasa sang tuan, kita tak bisa apa-apa, dan bukan siapa-siapa.  Kesombongan yang ditunjukkan almarhum/almarhumah semasa hidup misalnya, secara nyata tampak di depan orang yang masih hidup, hanya menambah masalah bukannya membantu proses pemakaman. Kar

220.411

Image
  Seperti perjalanan kereta api, kita penumpang yang tergesa-gesa saking gembiranya punya kesempatan naik kereta. Membayangkan perjalanan indah di sekitar sawah, ladang, sungai, jembatan, ditemani suara alam dan deru lonceng kereta yang melengking tajam. Kita membayangkan perjalanan penuh keseruan, selalu bersama dan tertawa. Kita membayangkan, betapa kita akan mudah merancang banyak hal dalam perjalanan kereta dengan bahagia. Hingga kelak kita tiba di stasiun tujuan, bersama-sama. Di stasiun aku meloncat gembira, mendengar peluit panjang pertanda kereta datang. Begitupun kamu. Erat memegang tiket dan rencana-rencana seru dalam travel bag. Kita berpikiran sama, idealisme yang sama, bahwa hidup sekali, mari jalani bersama orang yang tepat dan satu-satunya. Lalu kereta berjalan, satu demi satu stasiun terlewati. Kita mulai merasa lelah tertawa. Kita mulai sibuk ngemil sambil mendengarkan musik sendiri-sendiri. Kamu sibuk membaca buku dan menulis pikiranmu sendiri. Aku sibuk menata renc

1985

Image
38ku dimulai dari pagi yang terlambat. Kopi yang kuminum sendiri di tempat kerja, hampir dingin. Mie instant yang sudah lembek tak karuan karena tak sempat kumakan dirumah.  Tapi tak apa. Hatiku penuh syukur. Bukan hanya karena VN dari keponakanku, tapi juga karena ada banyak hadiah tak terduga datang menjelang 38 tahunku 😄 Dan sungguh kusambut dengan perasaan terpasrah yang pernah kupunya. Sungguh, meskipun remuk redam awalnya, tetapi ~ fabbiayyialla irobbikumaa tukadziban ~ terasa terngiang terus di telinga. Karena justru di titik terapuh ini, ada ketenangan luar biasa yang rasanya belum pernah kurasakan.  Masalah yang datang terasa tanpa ujung penyelesaian, bertubi-tubi dan hampir membuat tumbang. Tetapi justru pertolongan datang saat pasrah terucap. Saat merasa sangat lemah, dimana sebelum-sebelumnya itu hanya retorika belaka, kini terasa sangat di hati. Benar-benar tidak mampu dan tidak tahu apa yang harus dilakukan selain pasrah.. PadaMu.  PadaMu yang entah kenapa mudah sekali k

11

Image
  " Manusia akan mati ketika dilupakan.. "  dr. Hiluluk -Drum Island Arc, One Piece- Februari sudah datang. Seperti yang sudah-sudah, 11 tahun belakangan, bulan ini memang paling memorable selain april. Iya, ini bulan kelahiran Kalinda, dan April bulan kelahiran Kidung-Kinanthi. Mungkin akan ada yang bilang 'Duh kok lebay sih, sudah meninggal 11tahun, masih bayi juga, ga ada kenangan apa-apa, kok yo terus diingat' Buat kami, saya pribadi sebagai ibuk, kelahiran sekaligus kepergian Kalinda itu bukan soal perasaan sedihnya saja. Yang terpenting pada pelajarannya, pada apa yang terjadi sebelum dan setelahnya, sejauh mana saya, kami bisa belajar dari itu.  Jadi itu ga mungkin kami lupa, meskipun kami pelupa akut. Karena itu kalinda selalu ada di tiap tulisan, di tiap cerita bareng KidKin malem-malem saat makan atau menjelang tidur.  Kalau orang lain kebetulan membaca, atau mendengar cerita kami dan kemudian melow, welas pada kami, tentu saja kami terima reaksi itu sebagai